STUDENT WELLBEING
Kategori: Info SekolahSelasa , 20 Desember 2022, Jam: 08:53:58
Ada yang menarik dari arahan bapak Arif (pengawas) pada hari Sabtu (17/12/2022) kemarin , "student wellbeing", yang menjadi satu dari lima prinsip membelajarkan siswa/wajib belajar/peserta didik; kita sebut saja murid.
Kita mengenal wellbeing secara sederhana sebagai kesejahteraan, tentu saja itu bermakna universal, dan makna yang riskan dalam dunia pendidikan, karena akan menarik simpulan otak kita pada "kesejahteraan ekonomi".
Pengertiannya sebagai berikut: Kesejahteraan siswa (student well-being) didefinisikan sebagai keadaan yang berkesinambungan dari kondisi mood positif dan sikap, ketahanan (resiliensi) dan kepuasan diri, serta hubungan dan pengalaman di sekolah (Noble, McGrath, Roffey & Rowling, 2008).
Mari kita sebut saja: kenyamanan murid.
Nyaman, belajar di sekolah terasa menyenangkan, aman, menggairahkan, berkesan, dan tentu saja edukatif.
Walaupun prinsip ini tidak berdiri sendiri, namun mengkaji dan mengusahakan terjadinya satu poin ini saja, rupa-rupanya kita harus duduk berlama-lama mengingat kondisi sekolah kita yang saya rasa, ya... murid-murid kita selalu pengen pulang saja.
Saya coba mencari dan mengurai, minimal indikator sehingga student wellbeing tersebut dapat terwujud, begini:
1. Mengembangkan dan merawat lingkungan sekolah yang nyaman dan aman bagi murid dan guru
2. Mengembangkan komunikasi dan interaksi warga sekolah yang saling percaya dan saling peduli
3. Memfasilitasi masukan dan aspirasi murid dalam mempengaruhi kebijakan dan praktik belajar
4. Memastikan guru melibatkan murid dalam membangun kelas yang kondusif untuk belajar
Tentusaja, empat poin tersebut sudah kita usahan dan nampak ada di sekolah kita, namun kita sangat bisa mengusahakannya lebih baik lagi, progresif dan konsisten. Lantas siapa yang akan mengusahakannya? [kamu naenyaaa... Kamu bertanya-tanyaaaaa]
Menurut bapak Fathorrozi (pejabat diknas dan biro pendidikan PPNJ), dalam kunjungannya kemarin (19/12), perlu sosok guru yang 'punya komitmen dan punya kompetensi' untuk melaksanakan program-program sekolah.
Saya terkesan dengan frasa 'punya komitmen dan punya kompetensi' tersebut, student wellbeing dapat dengan mudah terwujud jika guru-guru kita masuk dalam kategori sosok tersebut.
Masih menurut bapak Fathor, ada 3 jenis lain dari guru yang ada di sekitar kita, yaitu guru yang:
Punya kompetensi, tapi tidak punya komitmen (keminter tapi ngga berbuat, provokatif)
Punya komitmen, tapi tidak punya kompetensi (semangat tinggi, bisa di-upgrade-)
Tidak punya komitmen dan kompetensi (perlu di-ruqyah)
Maka dari itu mari kita berpikir dua hal ini seminggu ini, student well being dan komitmen+kompetensi.
Karena kitalah yang akan mengusahakan terwujudnya student wellbeing tersebut.
Semoga hari-hari kita menggairahkan, dan sejahtera.
Salam ...
(shm/20/12/2022)
Berita Terkait
SHOLAT DZUHUR BERJEMAAH BAGI SISWA SMP NURUL JADID
Rabu , 01 November 2023, Jam: 14:05:47
SelengkapnyaSEMANGAT SISWA SMP NURUL JADID MENGIKUTI UPACARA BENDERA
Selasa , 31 Oktober 2023, Jam: 13:29:40
SelengkapnyaPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA, SISWI SMP NURUL JADID GELAR UPACARA
Minggu , 29 Oktober 2023, Jam: 10:22:48
Selengkapnya