NGAJI KEBANGSAAN BARENG PANGLIMA TNI DAN KAPOLRI
Kategori: NasionalMinggu , 07 April 2019, Jam: 15:57:31
UNUJA.AC.ID- Selasa (2/4), bangun mental persatuan dan kesatuan untuk membangun Indonesia berkeadaban, Ponpes. Nurul Jadid dan Universitas Nurul Jadid memperoleh kunjungan tamu kehormatan dari Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.IP., dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jenderal Pol. Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D.
Acara yang dikemas dalam “Ngaji Kebangsaan” tersebut mendapat antusiasme yang sangat meriah dari para mahasiswa dan santri Nurul Jadid. Kedatangan beliau disambut dengan sambutan dan gemuruh tepuk tangan dan ucapan selamat datang dari mahasiswa dan santri.
Acara “Ngaji Kebangsaan” ini menjadi salah satu rangkaian kunjungan Panglima TNI dan Kapolri ke pondok-pondok pesantren di Jawa Timur.
Dalam sambutan awal, Pengasuh Ponpes. Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, BA., menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih kepada Panglima TNI dan Kapolri yang sudah menyempatkan waktunya untuk menyapa dan memberikan semangat kepada santri dan mahasiswa.
Beliau juga berpesan agar kegiatan “Ngaji Kebangsaan” ini bisa benar-benar diserap oleh santri dan mahasiswa sehingga bisa meningkatkan semangat juang dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara khususnya antar umat beragama.
Turut hadir dalam “Ngaji Kebangsaan”, Wakil Bupati Probolinggo-Drs. HA. Timbul Prihanjoko, Kapolres Probolinggo-AKBP Eddwi Kurniyanto, Dandim Probolinggo-Letkol Inf Imam Wibowo dan seluruh tamu undangan dan jajaran pemerintahan di lingkungan Kabupaten Probolinggo.
Selain mengisi “Ngaji Kebangsaan”, Panglima TNI dan Kapolri juga telah direncanakan untuk meresmikan Kesatuan Santri Patriot Pondok Pesantren Nurul Jadid, serta Resimen Mahasiswa UNUJA.
Dalam orasi “Ngaji Kebangsaan” yang disampaikan oleh Panglima TNI, beliau berpesan agar kita semua bisa saling menjaga kerukunan dan stabilitas keamanan negara. Beliau juga mengapresiasi para santri dan mahasiswa karena bisa menjadi salah satu tonggak penegak Bhineka Tunggal Ika, karena pada diri santri sudah terbiasa diterpa dengan segala macam perbedaan yang ada namun bisa tetap hidup dan berdampingan secara guyub rukun. (Humas)